BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, seorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf (2004 : 1), bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengembangan bahasa di TK ialah usaha atau kegiatan mengembangkan kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan lingkungannya melalui bahasa.
Menurut pendapat Hurlock (1997 : 175) bahwa :
Usia tiga sampai enam tahun anak sedang dalam masa peralihan dari masa egosentris menuju kemasa sosial. Pada usia ini anak mulai berkembang rasa sosialnya. Anak mulai banyak berhubungan dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosialnya. Anak mulai bertanya segala macam yang dihayatinya. Disamping itu, anak juga mulai banyak mengeluarkan pendapat dan menanggapi hal-hal yang dapat diamati atau didengarnya.Anak TK adalah individu yang mengalami suatu proses pertumbuhan dan perkembangan. Pada usia ini anak berada dalam keadaan yang sangat peka untuk menerima rangsangan dari luar. Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang paling menonjol. Aspek perkembangan anak yang meliputi perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosi, bahasa, serta sosial berlangsung sangat cepat dan akan berpengaruh besar terhadap perkembangan selanjutnya.
Menurut Depdiknas (2003 : 105) fungsi pengembangan bahasa bagi anak TK adalah : (a) Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan. (b) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak. (c) Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak. (d) Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.
Bahasa dipergunakan pada sebagian besar aktivitas manusia, tanpa bahasa manusia tidak dapat menggungkapkan perasaannya, menyampaikan keinginan, memberikan saran dan pendapat, bahkan sampai tingkat pemikiran seseorang yang berkaitan dengan bahasa. Semakin tinggi tingkat penguasaan bahasa seseorang, semakin baik pula penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Manusia dalam mengungkapkan bahasanyapun berbeda-beda, ada yang lebih suka langsung menbicarakannya dan ada juga lebih suka melalui tulisan.
Berbicara termasuk pengembangan bahasa yang merupakan salah satu bidang yang perlu dikuasai anak usia dini. Pada masa ini anak usia dini memerlukan berbagai rangsangan yang dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak, sehingga dengan pemberian rangsangan yang tepat maka bahasa anak dapat tercapai secara optimal.
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan, 1984 : 1). Keempat keterampilan tersebut memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, yang merupakan satu kesatuan. Keempat keterampilan tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena dengan kemampuan berbahasa tersebut anak akan belajar berkomunikasi dengan orang lain, sebagaimana dalam kurikulum 2004 diungkapkan bahwa kompetensi dasar dari pengembangan bahasa untuk anak usia dini yaitu "anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya".
Salah satu masalah yang berkaitan dengan bahasa pada anak usia dini adalah keterampilan berbicara anak usia dini kurang mendapatkan perhatian dari para pengajar, karena lebih memfokuskan pada keterampilan membaca dan menulis. Akibatnya perbendaharaan kata yang dimiliki anak usia dini masih terbatas, sehingga anak usia dini kurang mampu mengungkapkan gagasan atau ide ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dan anak kadang merasa belum paham dengan apa yang dibicarakannya.
Strand (Brian Boscolo, 2002 : 4) mengklaim bahwa "adanya stimulasi berkelanjutan, proses interaksi dan rumusan bahasa secara verbal dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak".
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Strand, maka sewajarnya anak-anak dari usia dini difasilitasi proses interaksinya, atau dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan gagasannya dalam bentuk lisan. Sehingga dengan anak terampil dalam berbicara memungkinkan untuk dapat menjalin komunikasi lisan yang baik dengan orang dewasa atau bahkan dengan teman sebayanya.
Wortham, Sue (2006 : 212) menyatakan bahwa "kesiapan anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa berarti berkembangnya pemahaman mereka mengenai aturan dan fungsi bahasa, akhirnya percakapan dengan orang dewasa menyediakan hubungan dengan konsep".
Sependapat dengan yang dikemukakan oleh Wotham Sue, bahwa anak akan belajar dengan orang-orang di sekitarnya, anak menjadi sering peniru yang baik ketika dihadapkan pada lingkungan tempat tinggalnya. Kemampuan berbicara pada usia dini remaja akan sangat tergantung terhadap pemerolehan kemampuan berbicara pada waktu kecil. Berhasilnya anak melewati masa-masa kritis perkembangan bicara akan menghasilkan kesuksesan di masa depannya.
Arsyad dan Mukti U.S (1993 : 23) dalam (Chista Rosita, 2007) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucap kalimat-kalimat untuk mengekpresikan, menyatakan pikiran, gagasan dan perasaan.
Menyikapi hal tersebut, seyogyanya taman kanak-kanak sebagai salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang berada pada jalur formal untuk anak usia 4-6 tahun, perlu mempersiapkan dan melakukan pembenahan diri dalam rangka menghadapi serta mamasuki era globalisasi, salah satu caranya dengan meningkatkan kemampuan berbicara pada anak.
Dalam Pedoman Guru TK (1984) dikemukakan bahwa dalam melaksanakan pembinaan dan perkembangan bahasa di TK hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Tiap anak diberi kesempatan yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bahasanya.
2. Dalam memelihara ketertiban, spontanitas anak sebaiknya jangan ditekan dan sebaiknya disalurkan.
3. Pendidikan bahasa hendaknya diberikan dalam suasana keakraban antara guru dengan murid.
4. Bahan untuk mengembangkan bahasa anak, hendaknya memenuhi syarat-syarat seperti :
a. Di ambil dari lingkungan anak.
b. Sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak.
c. Mengandung unsur-unsur yang merangsang perkembangan intelegensi, fantasi, social dan moral.
Banyak guru TK dalam membantu mengembangan bahasa anak kurang memperhatikan prinsip-prinsip di atas, sehingga dalam pelaksanaannya tidak optimal menggunakan beberapa metode yang biasa di gunakan di TK, seperti : bercerita, pemberian tugas, praktek langsung, bercakap-cakap, tanya jawab, menyanyi, deklamasi, peragaan, karya wisata, demonstrasi dan bermain peran.
Menurut Soejanto Sandjaja (tt : 4) dikutif dari Edisari berdasarkan usia kronologis anak antara dua sampai enam tahun, anak-anak menyukai buku yang didominasikan oleh gambar-gambar nyata.
Terkait hal tersebut di atas, bercerita dapat menjadi salah satu metode pengantar anak untuk terampil berbicara. Berbicara sangat penting artinya guna mendukung seseorang dalam peningkatan berkomunikasi antar manusia, karena sebagai manusia memilki keterbatasan dalam mengetahui sesuatu.
Bercerita juga tidak selalu baik bagi seseorang tergantung apa yang akan diceritakan dan manfaat bagi yang diceritakannya. Untuk kenyataan itu perlu memilihkan atau mengarahkan anak untuk terbiasa berbicara bahan bercerita yang memiliki makna baik, apalagi masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk menanamkan sesuatu untuk bekal masa depannya kelak. bercerita secara lisan sangat cocok diterapkan pada anak usia dini karena selain melatih keberanian berbicara, juga melatih agar anak terampil berbicara melalui bercerita.
Metode bercerita cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada anak secara lisan, metode tersebut dapat melatih siswa terbiasa untuk dapat mengungkapkan persaaannya lewat bercerita dan siswa dapat termotivasi untuk terampil mengungkapkan perasaannya di depan kelas tanpa malu-malu.
Paul (1998) dalam penelitian Brian Boscolo (2002 : 4) menyatakan bahwa anak tidak dapat menghasilkan kefasihan berbicara yang utuh kalau tidak ada bagian atau komponen yang bisa tersedia dari ingatan membaca yang baik.
Pada kenyataannya anak-anak belum dapat memahami makna simbol dari sebuah kata atau kalimat yang terdapat dalam buku, karenanya buku cerita bergambar merupakan alat yang baik untuk menarik anak-anak berkonsentrasi pada buku. Anak dapat membaca cerita dari sebuah buku cerita bergambar berdasarkan pemahaman atau pengetahuan yang dimilikinya.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode bercerita telah banyak diteliti oleh beberapa mahasiswa. Salah satu penelitian yang menggunakan metode bercerita adalah Aam Aminah (2009) dari jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dengan judul Penerapan Metode Bercerita (Story Telling) untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa penerapan metode bercerita memberikan pengaruh yang lebih besar dalam keterampilan menyimak anak. Anak lebih antusias, dapat berkonsentrasi, serta menunjukkan ekspresi ketika mendengarkan cerita, dan dapat menjawab pertanyaan dari guru.
Penelitian dengan menggunakan metode bercerita juga diteliti oleh Eulis Siti Aisyah (2009) dari jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dengan judul Penerapan Metode Bercerita untuk Meningkatkan kemampuan Anak dalam Mengenal Bilangan. Penelitian tersebut dapat merangsang kemampuan anak dalam mengenal bilangan melalui ilustrasi gambar.
Berdasarkan penelitian dan latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang "Pengaruh Metode Bercerita Menggunakan Buku Cerita Bergambar Terhadap Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimana pengaruh metode bercerita menggunakan buku cerita bergambar terhadap keterampilan berbicara anak usia dini". Dengan batasan masalah keterampilan berbicara anak usia dini dengan metode bercerita menggunakan buku cerita bergambar. Secara lebih rinci rumusan masalah diuraikan sebagai berikut :
1. Bagaimana keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang tidak menggunakan metode bercerita dengan buku cerita bergambar ?
2. Bagaimana keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang menggunakan metode bercerita dengan buku cerita bergambar ?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap peningkatan keterampilan berbicara anak usia dini ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh metode bercerita menggunakan buku cerita bergambar terhadap keterampilan berbicara anak usia dini. Secara lebih rinci di uraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang tidak menggunakan metode bercerita dengan buku cerita bergambar.
2. Untuk mengetahui keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang menggunakan metode bercerita dengan buku cerita bergambar.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap peningkatan keterampilan berbicara anak usia dini.
0 komentar:
Posting Komentar