Membaca
"Kita" dalam Laci sketsa
Menyampaikan
persoalan yang terjadi dalam masyarakat tidak harus dilakukan dengan gaya yang
serius ataupun "berat". Gaya yang sederhana dan penuh seloroh dapat
juga digunakan agar pesan dapat lebih mudah dikomunikasikan.
Itu
yang dapat ditangkap ketika membaca kolom-kolom Umar Kayam yang terdapat dalam
buku Mangan Ora Mangan Kumpul ini. Gaya tulisannya tidak sekadar santai
melainkan juga ringan dan renyah. Tak jarang pembaca juga akan dibuat tersenyum
saat "mengunyah" isi tulisan di dalamnya.
Buku ini banyak mengetengahkan persoalan-persoalan yang
terjadi dalam masyarakat kontemporer. Di dalamnya terdapat masalah politik,
birokrasi, kemasyarakatan, ekonomi, hingga persoalan kultural.
\Umar Kayam seakan berusaha untuk memeras realitas tersebut sehingga sari
pati setiap persoalan dapat keluar untuk kemudian dinikmati oleh pembaca.
Lusinan masalah dan persoalan ia ungjkapkan dalam kolom-kolomnya. Nukan
sekadara m,salah, namun hal-hak yang nyata menuntut penyelesaian.
Lewat kolom-kolom itu Umar Kayam bukan mengguggat, ataupun
melakukan kritik secara langsung, ia hanya melakukan dekodefikasi, untuk
kemudian ia sampaikan kepada pembacanya dengam racikan yang lebih
"sedap" bagi pembaca.
Formula racikan itu bisa dapat bermacam-macam, salah
satunya adalah sentuhan kultur Jawa-- apalagi kolom-kolomnya terbit di harian
Kedaulatan Rakyat yang terbit di Yogyakarta.
Dalam kolom-kolomnya Umar Kayam tidak memosisikan dirinya sebagai guru atau
sosok yang lebih tahu dari orang lain, melainkan sosok yang orang
biasa. Karenanya ia dapat lebih bebas mengomentari setiap hal yang dilihatnya.
Dalam kolom-kolomnya, Umar Kayam menampilkan tokoh-tokoh yang dekat
dengannya. Bukan tokoh yang kelewat hebat dan terhormat, melainkan pembantu
rumah tangga atau batur. Pembantu yang selalu berpikir serba sederhana
itu justru ia gunakan untuk melakukan "pembalikan", merontokkan yang
serba mapan, serba tinggi dan serba tidak tersentuh.
Pemberian nama tokoh-tokh pembantunya tersebut pun sudah meriupakan sebuah
pembalikan, yakni Rigen dan Nansiyem, yang merupakan plesetan nama
presiden Amerika Serikat dan istri, Ronald Reagan dan Nancy Reagan.
Membaca kolom-kolom Umar Kayam, pembaca akan seperti melihat diri sendiri,
persoalan sendiri, bahkan mentertawakan diri sendiri, karena memang kita lekat
dengan persoalan-persioalan yang dikemukakan oleh Umar Kaya
0 komentar:
Posting Komentar